Media
informasi menjadi sangat diperlukan dalam era yang serba canggih ini. Begitu
halnya di Kabupaten Pacitan, untuk memperkenalkan kekayaan budaya asli daerah
diperlukan media informasi yang dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat.
Menurut hasil penelitian penulis selama 1,5 tahun telah ada beberapa
contoh media informasi mengenai Wisata Budaya di Kabupaten Pacitan. Misalnya
brosur dan website dari Dinas terkait, bahkan website resmi milik Pemerintah
Daerah. Namun semua itu belum mampu memberikan informasi lengkap mengenai
kekayaan tradisi masyarakat Kabupaten Pacitan, yang sebenarnya dapat menjadi
salah satu aset wisata bagi Kabupaten Pacitan. Dihawatirkan karena kurangnya
informasi dan kepedulian dari pihak yang bertanggungjawab terhadap budaya lokal,
masyarakat (pemuda khususnya) semakin tidak mengenali budaya sendiri. Lekat
dengan budaya asing, namun asing dengan budaya tradisi dari nenek moyang. Untuk
itu diperlukan promosi besar-besaran kepada masyarakat Pacitan khususnya, untuk
memperkenalkan atau setidaknya mengingatkan jika kita memiliki banyak sekali
kekayaan khasanah budaya yang selama ini mulai terlupakan. Entah dengan cara
yang paling sederhana misalnya mewajibkan siswa SD, SMP, SMA membawa
"tempelangan" atau nasi bungkus daun pisang pada saat hari jadi
Pacitan. Melalui hal sederhana ini akan mengajarkan banyak hal pada mereka
tentang nilai tradisi. cara-cara yg lebih modern juga sangat diperlukan. mulai
dari pembuatan aplikasi pengenalan wisata budaya, video-video, web yang
mengupas budaya daerah, ataupun pembuatan games bertema budaya tergantung
bagaimana kita peduli dan berkreatifitas. Sehingga semodern atau secanggih
apapun dunia membawa kita, nilai yang terkandung dalam adat ketimuran harus
selalu kita junjung tinggi. Semoga...
Jumat, 21 September 2012
Kondisi Geografis Pacitan
Kabupaten Pacitan terdiri dari daerah pegunungan dan berbukit-bukit, yaitu
terdiri dari 85% perbukitan dalam bentuk gunung kecil sekitar 300 buah.
Berdasarkan ciri-ciri fisik tanahnya, Kabupaten Pacitan adalah bagian dari
pegunungan kapur selatan yang bermula dari Gunung Kidul, Yogyakarta dan
membujur sampai daerah Trenggalek yang relatif tanahnya tandus. Letak geografis
Pacitan berada antara 110º 55'-111º 25' Bujur Timur dan 7º 55'- 8º 17' Lintang
Selatan, dengan luas wilayah 1.389,8716 Km² atau 138.987,16 Ha.
Sejarah Kabupaten Pacitan
Menurut buku Babad Pacitan, nama
Pacitan berasal dari kata “Pacitan” yang berarti camilan, sedap-sedapan,
tambul, yaitu makanan kecil yang tidak sampai mengenyangkan. Hal ini disebabkan
daerah Pacitan merupakan daerah minus, hingga untuk memenuhi kebutuhan pangan
warganya tidak sampai mengenyangkan atau tidak cukup. Pada masa pemerintahan
Sultan Agung (1613-1645) nama Pacitan telah muncul dalam babad Momana.
Pendapat lain menyebutkan nama
Pacitan berasal dari “Pace” mengkudu (bentis:Jawa) yang memberi kekuatan.
Pendapat ini bersumber pada Perang Mangkubumen atau Perang Palihan Nagari
(1746–1755) yaitu saat Pangeran Mangkubumi dalam peperangannya itu sampai di
daerah Pacitan. Dalam pertempuran ia kalah dan melarikan diri ke dalam hutan
dengan tubuh lemah. Berkat pertolongan abdinya bernama Setraketipa yang
memberikan buah pace masak kekuatan Mangkubumi pulih kembali.
(sumber: Buku Hari
Jadi Kabupaten Pacitan Dalam Perspektif Sejarah Indonesia, Pemerintah Kabupaten
Pacitan , 2003)
Kisah Dibalik Upacara Adat Ceprotan
Upacara
adat Ceprotan dilaksanakan untuk mengenang asal muasal Desa Sekar
Kecamatan Donorojo. Alkisah Ki Godeg sedang membabat sebuah hutan untuk
dijadikan sebagai pemukiman. Suatu hari Ki Godeg jatuh hati pada seorang
pengembara dari kediri yang sedang melintas di hutan tersebut.
Pengembara itu bernama Sekartaji. ia kehausan dan meminta air kepada Ki
Godeg. Dengan kesaktiannya Ki Godeg menembus tanah hingga ke Desa Kalak
untuk mencari kelapa muda. Konon tanah bekas tembusan Ki Godeg berubah
menjadi sumber air dan oleh penduduk setempat
"Wingit"nya "Mojo" di Kecamatan Punung
Mojo merupakan salah satu desa di Kecamatan Punung. Konon pada zaman dahulu di daerah ini banyak sekali ditumbuhi pohon Mojo, sehingga disebut dengan Desa Mojo.
Menurut tokoh masyarakat setempat, wingitnya Desa Mojo bermula dari kisah Kyai Santri yang difitnah telah berselingkuh dengan Dewi Ratri. Hal ini terjadi pada saat Kyai Santri mengajari Dewi Ratri bermain "Gender" (semacam alat musik). Suami
Mitos Ratu Penguasa Pantai Selatan dalam Upacara Adat Jangkrik Genggong
Jangkrik Genggong dilaksanakan oleh masyarakat Desa Sidomulyo Kecamatan Ngadirojo yang terletak di pesisir pantai. Mayoritas penduduknya adalah nelayan.
Upacara Adat Jangkrik Genggong merupakan upacara mewisuda anak laki-laki sebagai tanda bahwa anak tersebut telah beranjak dewasa. Usai dilaksanakan upacara adat ini, si anak baru boleh turun ke laut untuk berlayar.
Yang unik dari salah satu kekayaan wisata budaya Pacitan ini selalu ada ikan kakap merah sebagai hidangan wajib yang harus disajikan. Pada malam puncaknya, selalu dilaksanakan pagelaran seni Tayub. dan menurut mitosnya, Sang Ratu Penguasa Pantai Selatan selalu meminta Gendhing Jangkrik Genggong kepada sesepuh desa (dukun). Itulah sebabnya, upacara adat ini disebut Jangkrik Genggong.
Baritan,, yang hampir dilupakan....
Baritan merupakan salah satu kekayaan
khasanah budaya di Kabupaten Pacitan. Baritan merupakan upacara adat
yang biasa dilaksanakan oleh warga masyarakat Kecamatan Kebonagung,
khususnya Dusun Wati Desa Gawang. Baritan dilaksanakan dengan tujuan
untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar diberikan keselamatan
lahir dan bathin, dijauhkan dari gangguan dan pagebluk penyakit.
Upacara adat ini diangkat dari tradisi
pada zaman Ki Ageng Soreng Pati, abdi kinasih Ki Ageng Buwono Keling.
Dikisahkan pada saat masyarakat tertimpa wabah penyakit yang
berkepanjangan, Ki Ageng Soreng Pati memerintahkan masyarakat untuk
melaksanakan kurban dengan menyembelih kambing jantan kendhit dan ayam
tulak sejodho (sebagai sedekah bumi). Upacara adat ini dilaksanakan di
perempatan jalan untuk memudahkan berkumpulnya warga yang berasal dari
empat penjuru jalan. waktu pelaksanaannya pada siang hari saat matahari
tepat di tengah bumi atau kurang lebih pukul 12.00 siang.
Upacara Adat Unggulan Masing-Masing Kecamatan
1. Kecamatan Bandar : Petik
Pari
Upacara adat Methik Pari dilakukan oleh
masyarakat Kecamatan Bandar sebagai upacara permohonan dan rasa syukur kepada
Tuhan. Upacara ini dilakukan menjelang panen tiba yaitu pada malam hari.
2. Kecamatan Nawangan :
Kethek Ogleng
Tari Kethek Ogleng diciptakan oleh Pak Sutiman
warga Desa Tokawi Kecamatan Nawangan. Tarian ini terinspirasi dari
gerakan-gerakan kethek atau monyet.
3. Kecamatan Arjosari :
Jaranan Pegon
Jaranan Pegon merupakan seni tradisional dari
Desa Mangunarjo Kecamatan Arjosari. Kesenian ini dilaksanakan saat warga
mempunyai hajatan.
4. Kecamatan Pacitan : Mantu
Kucing
Upacara adat Mantu Kucing merupakan upacara
adat meminta hujan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Purworejo Kecamatan
Pacitan.
5. Kecamatan Kebonagung :
Baritan
Baritan merupakan upacara adat untuk memohon
kepada Tuhan agar memberikan keselamatan, dijauhkan dari pagebluk penyakit.
Upacara Adat Methik Pari Kecamatan Bandar
Upacara
adat Methik Pari biasa dilakukan oleh masyarakat Desa Jeruk yang
terletak di puncak pegunungan Kecamatan Bandar yang mayoritas
penduduknya adalah petani. upacara adat ini dimulai sebelum zaman
penjajahan, yakni pada zaman nenek moyang kita mengenal bercocok tanam
padi.
upacara adat Methik Pari merupakan upacara permohonan rasa syukur kepada
Tuhan Yang Maha Kuasa atas pemberian limpahan rejeki berupa panen padi.
upacara ini dilakukan menjelang panen tiba tepatnya sehari sebelum
panen raya, dan biasanya dilakukan pada malam hari.
Nasib Budaya Lokal
Kebudayaan
merupakan identitas suatu bangsa. Hal ini menunjukkan betapa kebudayaan
merupakan aspek yang sangat penting bagi suatu bangsa, karena kebudayaan
menunjukkan jati diri bangsa itu sendiri . Namun, derasnya arus informasi mengakibatkan
interaksi budaya berjalan semakin intensif dan terbuka sehingga berdampak pada
lunturnya kecintaan masyarakat terhadap peninggalan budaya tradisional warisan
nenek moyang. Hal ini diperparah dengan adanya golongan yang apatis dan apriori
terhadap budayanya sendiri .
Langganan:
Postingan (Atom)