Jumat, 21 September 2012

Media Informasi Wisata Budaya


Media informasi menjadi sangat diperlukan dalam era yang serba canggih ini. Begitu halnya di Kabupaten Pacitan, untuk memperkenalkan kekayaan budaya asli daerah diperlukan media informasi yang dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Menurut hasil penelitian penulis selama 1,5 tahun  telah ada beberapa contoh media informasi mengenai Wisata Budaya di Kabupaten Pacitan. Misalnya brosur dan website dari Dinas terkait, bahkan website resmi milik Pemerintah Daerah. Namun semua itu belum mampu memberikan informasi lengkap mengenai kekayaan tradisi masyarakat Kabupaten Pacitan, yang sebenarnya dapat menjadi salah satu aset wisata bagi Kabupaten Pacitan. Dihawatirkan karena kurangnya informasi dan kepedulian dari pihak yang bertanggungjawab terhadap budaya lokal, masyarakat (pemuda khususnya) semakin tidak mengenali budaya sendiri. Lekat dengan budaya asing, namun asing dengan budaya tradisi dari nenek moyang. Untuk itu diperlukan promosi besar-besaran kepada masyarakat Pacitan khususnya, untuk memperkenalkan atau setidaknya mengingatkan jika kita memiliki banyak sekali kekayaan khasanah budaya yang selama ini mulai terlupakan. Entah dengan cara yang paling sederhana misalnya mewajibkan siswa SD, SMP, SMA membawa "tempelangan" atau nasi bungkus daun pisang pada saat hari jadi Pacitan. Melalui hal sederhana ini akan mengajarkan banyak hal pada mereka tentang nilai tradisi. cara-cara yg lebih modern juga sangat diperlukan. mulai dari pembuatan aplikasi pengenalan wisata budaya, video-video, web yang mengupas budaya daerah, ataupun pembuatan games bertema budaya tergantung bagaimana kita peduli dan berkreatifitas. Sehingga semodern atau secanggih apapun dunia membawa kita, nilai yang terkandung dalam adat ketimuran harus selalu kita junjung tinggi. Semoga...

Permohonan Hujan dengan Mantu Kucing


Upacara adat Mantu Kucing merupakan upacara adat untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar menurunkan hujan, sehingga dilaksanakan saat musim kemarau panjang. upacara adat ini diangkat dari tradisi

Kondisi Geografis Pacitan


Kabupaten Pacitan terdiri dari daerah pegunungan dan berbukit-bukit, yaitu terdiri dari 85% perbukitan dalam bentuk gunung kecil sekitar 300 buah. Berdasarkan ciri-ciri fisik tanahnya, Kabupaten Pacitan adalah bagian dari pegunungan kapur selatan yang bermula dari Gunung Kidul, Yogyakarta dan membujur sampai daerah Trenggalek yang relatif tanahnya tandus. Letak geografis Pacitan berada antara 110º 55'-111º 25' Bujur Timur dan 7º 55'- 8º 17' Lintang Selatan, dengan luas wilayah 1.389,8716 Km² atau 138.987,16 Ha.

Sejarah Kabupaten Pacitan




Menurut buku Babad Pacitan, nama Pacitan berasal dari kata “Pacitan” yang berarti camilan, sedap-sedapan, tambul, yaitu makanan kecil yang tidak sampai mengenyangkan. Hal ini disebabkan daerah Pacitan merupakan daerah minus, hingga untuk memenuhi kebutuhan pangan warganya tidak sampai mengenyangkan atau tidak cukup. Pada masa pemerintahan Sultan Agung (1613-1645) nama Pacitan telah muncul dalam babad Momana.
Pendapat lain menyebutkan nama Pacitan berasal dari “Pace” mengkudu (bentis:Jawa) yang memberi kekuatan. Pendapat ini bersumber pada Perang Mangkubumen atau Perang Palihan Nagari (1746–1755) yaitu saat Pangeran Mangkubumi dalam peperangannya itu sampai di daerah Pacitan. Dalam pertempuran ia kalah dan melarikan diri ke dalam hutan dengan tubuh lemah. Berkat pertolongan abdinya bernama Setraketipa yang memberikan buah pace masak kekuatan Mangkubumi pulih kembali. 
(sumber: Buku Hari Jadi Kabupaten Pacitan Dalam Perspektif Sejarah Indonesia, Pemerintah Kabupaten Pacitan  , 2003)

Kisah Dibalik Upacara Adat Ceprotan

Upacara adat Ceprotan dilaksanakan untuk mengenang asal muasal Desa Sekar Kecamatan Donorojo. Alkisah Ki Godeg sedang membabat sebuah hutan untuk dijadikan sebagai pemukiman. Suatu hari Ki Godeg jatuh hati pada seorang pengembara dari kediri yang sedang melintas di hutan tersebut. Pengembara itu bernama Sekartaji. ia kehausan dan meminta air kepada Ki Godeg. Dengan kesaktiannya Ki Godeg menembus tanah hingga ke Desa Kalak untuk mencari kelapa muda. Konon tanah bekas tembusan Ki Godeg berubah menjadi sumber air dan oleh penduduk setempat

"Wingit"nya "Mojo" di Kecamatan Punung




Mojo merupakan salah satu desa di Kecamatan Punung. Konon pada zaman dahulu di daerah ini banyak sekali ditumbuhi pohon Mojo, sehingga disebut dengan Desa Mojo.
Menurut tokoh masyarakat setempat,  wingitnya Desa Mojo bermula dari kisah Kyai Santri yang difitnah telah berselingkuh dengan Dewi Ratri. Hal ini terjadi pada saat Kyai Santri mengajari Dewi Ratri bermain "Gender" (semacam alat musik). Suami

Mitos Ratu Penguasa Pantai Selatan dalam Upacara Adat Jangkrik Genggong


Jangkrik Genggong dilaksanakan oleh masyarakat Desa Sidomulyo Kecamatan Ngadirojo  yang terletak di pesisir pantai. Mayoritas penduduknya adalah nelayan. 
Upacara Adat Jangkrik Genggong merupakan upacara mewisuda anak laki-laki sebagai tanda bahwa anak tersebut telah beranjak dewasa. Usai dilaksanakan upacara adat ini, si anak baru boleh turun ke laut untuk berlayar.


Yang unik dari salah satu kekayaan wisata budaya Pacitan ini selalu ada ikan kakap merah sebagai hidangan wajib yang harus disajikan. Pada malam puncaknya, selalu dilaksanakan pagelaran seni Tayub. dan menurut mitosnya, Sang Ratu Penguasa Pantai Selatan selalu meminta Gendhing Jangkrik Genggong kepada sesepuh desa (dukun). Itulah sebabnya, upacara adat ini disebut Jangkrik Genggong.

Baritan,, yang hampir dilupakan....

Baritan merupakan salah satu kekayaan khasanah budaya di Kabupaten Pacitan. Baritan merupakan upacara adat yang biasa dilaksanakan oleh warga masyarakat Kecamatan Kebonagung, khususnya Dusun Wati Desa Gawang. Baritan dilaksanakan dengan tujuan untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar diberikan keselamatan lahir dan bathin, dijauhkan dari gangguan dan pagebluk penyakit.
Upacara adat ini diangkat dari tradisi pada zaman Ki Ageng Soreng Pati, abdi kinasih Ki Ageng Buwono Keling. Dikisahkan pada saat masyarakat tertimpa wabah penyakit yang berkepanjangan, Ki Ageng Soreng Pati memerintahkan masyarakat untuk melaksanakan kurban dengan menyembelih kambing jantan kendhit dan ayam tulak sejodho (sebagai sedekah bumi). Upacara adat ini dilaksanakan di perempatan jalan untuk memudahkan berkumpulnya warga yang berasal dari empat penjuru jalan. waktu pelaksanaannya pada siang hari saat matahari tepat di tengah bumi atau kurang lebih pukul 12.00 siang.

Upacara Adat Unggulan Masing-Masing Kecamatan




1.    Kecamatan Bandar : Petik Pari
Upacara adat Methik Pari dilakukan oleh masyarakat Kecamatan Bandar sebagai upacara permohonan dan rasa syukur kepada Tuhan. Upacara ini dilakukan menjelang panen tiba yaitu pada malam hari.
2.    Kecamatan Nawangan : Kethek Ogleng
Tari Kethek Ogleng diciptakan oleh Pak Sutiman warga Desa Tokawi Kecamatan Nawangan. Tarian ini terinspirasi dari gerakan-gerakan kethek atau monyet.
3.    Kecamatan Arjosari : Jaranan Pegon
Jaranan Pegon merupakan seni tradisional dari Desa Mangunarjo Kecamatan Arjosari. Kesenian ini dilaksanakan saat warga mempunyai hajatan.
4.    Kecamatan Pacitan : Mantu Kucing
Upacara adat Mantu Kucing merupakan upacara adat meminta hujan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Purworejo Kecamatan Pacitan.
5.    Kecamatan Kebonagung : Baritan
Baritan merupakan upacara adat untuk memohon kepada Tuhan agar memberikan keselamatan, dijauhkan dari pagebluk penyakit.

Upacara Adat Methik Pari Kecamatan Bandar

Upacara adat Methik Pari biasa dilakukan oleh masyarakat Desa Jeruk yang terletak di puncak pegunungan Kecamatan Bandar yang mayoritas penduduknya adalah petani. upacara adat ini dimulai sebelum zaman penjajahan, yakni pada zaman nenek moyang kita mengenal bercocok tanam padi.
upacara adat Methik Pari merupakan upacara permohonan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas pemberian limpahan rejeki berupa panen padi. upacara ini dilakukan menjelang panen tiba tepatnya sehari sebelum panen raya, dan biasanya dilakukan pada malam hari.

Nasib Budaya Lokal



Kebudayaan merupakan identitas suatu bangsa. Hal ini menunjukkan betapa kebudayaan merupakan aspek yang sangat penting bagi suatu bangsa, karena kebudayaan menunjukkan jati diri bangsa itu sendiri . Namun, derasnya arus informasi mengakibatkan interaksi budaya berjalan semakin intensif dan terbuka sehingga berdampak pada lunturnya kecintaan masyarakat terhadap peninggalan budaya tradisional warisan nenek moyang. Hal ini diperparah dengan adanya golongan yang apatis dan apriori terhadap budayanya sendiri .